![]() |
upacra adat grebeg maulud © cara cerdas 2025 |
Grebeg Maulud adalah salah satu tradisi budaya khas Yogyakarta yang digelar untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Acara ini tidak hanya menjadi simbol penghormatan religius, tetapi juga menyimpan makna sosial, politik, dan spiritual yang dalam.
Salah satu ciri utama dari Grebeg Maulud adalah prosesi gunungan, yakni tumpukan hasil bumi yang disusun berbentuk kerucut dan dibagikan kepada rakyat. Tradisi ini telah berlangsung ratusan tahun dan tetap lestari hingga sekarang sebagai wujud nyata hubungan antara Sultan dan rakyat.
Asal-Usul dan Sejarah Grebeg Maulud
Tradisi Grebeg (atau Garebeg) pertama kali diperkenalkan oleh Kerajaan Mataram Islam, kemudian dilestarikan oleh Keraton Yogyakarta Hadiningrat. Acara ini merupakan perpaduan antara adat Jawa dan syiar Islam, yang menunjukkan bagaimana penyebaran agama Islam dilakukan dengan cara damai dan akulturatif.
Di Yogyakarta, Grebeg Maulud disebut juga Grebeg Mulud, karena dilaksanakan pada bulan Maulud (Rabiul Awal) dalam kalender Hijriah.
Rangkaian Acara Grebeg Maulud
-
Pembacaan Maulid Nabi
-
Dilakukan di lingkungan Keraton sebagai bentuk penghormatan terhadap kelahiran Rasulullah SAW.
-
-
Kirab Gunungan
-
Gunungan diarak dari Keraton Yogyakarta menuju Masjid Gedhe Kauman.
-
Dikawal oleh para prajurit keraton dengan pakaian tradisional lengkap, seperti prajurit Wirobrojo, Prawirotomo, dan Bugis.
-
-
Doa Bersama dan Pembagian Gunungan
-
Setelah tiba di masjid, dilakukan doa bersama.
-
Kemudian, gunungan diperebutkan oleh masyarakat, karena diyakini membawa berkah.
Apa Itu Gunungan?
Gunungan adalah tumpukan hasil bumi berbentuk kerucut besar. Terdiri dari:
-
Sayuran (wortel, kacang panjang, terong)
-
Cabai, bawang merah, kelapa, telur
-
Kadang ditambah jajanan pasar
Gunungan yang paling terkenal adalah:
-
Gunungan Lanang (laki-laki)
-
Gunungan Wadon (perempuan)
-
Gunungan Pawuhan, Gunungan Dharat, dll — tergantung jenis upacara
Filosofi Gunungan: Lebih dari Sekadar Sedekah
1. Simbol Kesuburan dan Rezeki
Gunungan mencerminkan kemakmuran negeri dan hasil bumi sebagai berkah Tuhan yang diberikan kepada rakyat.
2. Wujud Sedekah Sultan
Tradisi ini adalah bentuk tanggung jawab sosial Sultan sebagai pemimpin, yang tidak hanya memerintah, tetapi juga berbagi rezeki.
3. Simbol Harmoni
Kirab gunungan menggambarkan harmoni antara pemimpin, rakyat, dan alam. Segala hasil bumi dikembalikan kepada rakyat dengan cara yang sakral.
4. Doa Kolektif untuk Keberkahan
Masyarakat percaya bahwa bagian dari gunungan membawa keberkahan jika dibawa pulang atau ditanam di sawah.
Baca Juga :
"Disayat, Ditusuk, Tak Berdarah! Inilah Kehebatan Debus Asli Banten"
Nilai Budaya dan Pariwisata
Grebeg Maulud bukan hanya ritual religius, tapi juga:
-
Objek wisata budaya yang menarik ribuan pengunjung setiap tahun.
-
Ajang pelestarian seni, musik gamelan, kostum tradisional, dan tata upacara adat.
-
Media edukasi nilai-nilai kebhinekaan, toleransi, dan gotong royong.
Dokumentasi Visual
Biasanya acara ini diabadikan dalam bentuk:
-
Foto kirab prajurit Keraton
-
Video rebutan gunungan
-
Lukisan/litografi tradisi Mataram
Banyak media lokal seperti KR Jogja, Tribun Jogja, dan Harian Jogja rutin meliput acara ini.
"Grebeg Maulud Yogyakarta bukan sekadar tradisi tahunan, melainkan simbol hidup dari filosofi keadilan sosial dan spiritualitas Jawa-Islam. Gunungan adalah representasi nyata bahwa pemimpin sejati adalah yang mau berbagi dan menjaga hubungan dengan rakyatnya.
Melestarikan Grebeg Maulud berarti ikut menjaga identitas budaya, keharmonisan sosial, dan semangat berbagi yang telah ditanamkan sejak ratusan tahun lalu".