![]() |
suasana upacar adat suku kajang © cara cerdas 2025 |
Di tengah kemajuan zaman yang serba digital dan modern, masih ada kelompok masyarakat di Indonesia yang memilih hidup dalam kesederhanaan dan teguh menjaga tradisi. Salah satunya adalah Suku Kajang, sebuah komunitas adat yang tinggal di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Mereka dikenal karena gaya hidup yang unik, pakaian serba hitam, dan filosofi hidup yang sangat kuat. Tapi, mengapa warna hitam begitu penting bagi mereka?
Siapa Suku Kajang?
Suku Kajang terbagi menjadi dua kelompok besar: Kajang Dalam dan Kajang Luar. Kajang Dalam atau sering disebut "Tau Kajang" adalah mereka yang tinggal di wilayah adat Ammatoa dan menjalani kehidupan yang sangat tradisional. Sementara Kajang Luar hidup lebih modern, namun tetap menghormati nilai-nilai leluhur.
Pemimpin adat mereka disebut Ammatoa, seorang tokoh spiritual yang sangat dihormati dan dijadikan panutan dalam menjaga adat dan aturan hidup.
Baca Juga :
"Misteri Keris Sakti Suku Jawa: Antara Mitos dan Warisan Budaya"
Filosofi Warna Hitam
Salah satu hal paling mencolok dari Suku Kajang adalah pakaian mereka yang selalu berwarna hitam, dari kepala hingga kaki. Warna hitam bukan sekadar pilihan estetika, melainkan lambang dari:
-
Kesederhanaan: Hitam dianggap warna netral yang tidak mencolok. Bagi mereka, hidup tidak perlu berlebihan. Yang penting cukup, bersih, dan jujur.
-
Kesetaraan: Dengan pakaian seragam hitam, tidak ada perbedaan antara kaya dan miskin, tua atau muda. Semua dianggap setara di mata sesama dan di hadapan Tuhan.
-
Kehormatan: Warna hitam juga melambangkan penghormatan kepada leluhur dan alam. Bagi mereka, menjaga hubungan baik dengan alam adalah bentuk penghormatan terhadap kehidupan itu sendiri.
Hidup Harmonis dengan Alam
Suku Kajang sangat menghormati alam. Mereka menolak penggunaan listrik, kendaraan bermotor, dan teknologi modern lainnya. Rumah-rumah mereka dibangun dari kayu, beratap rumbia, dan tanpa paku. Mereka percaya bahwa alam harus dijaga, bukan dieksploitasi.
Mereka punya pepatah, "Kamase-mase", yang artinya hidup sederhana dan apa adanya. Bagi mereka, kebahagiaan tidak diukur dari harta, tetapi dari keharmonisan hidup dengan sesama dan dengan alam.
Pelajaran Berharga untuk Kita
Meski hidup jauh dari modernitas, Suku Kajang menyimpan nilai-nilai luhur yang bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Di tengah budaya konsumtif dan cepatnya perkembangan teknologi, mereka mengajarkan bahwa:
-
Kesederhanaan bukan kemunduran, tapi pilihan hidup yang bermakna.
-
Kehormatan tidak datang dari penampilan, tapi dari sikap dan nilai yang dijunjung.
-
Hubungan manusia dengan alam sangat penting untuk masa depan bersama.
Penutup
Suku Kajang bukan hanya kelompok adat di pelosok Sulawesi, tapi juga penjaga nilai-nilai kehidupan yang kini mulai dilupakan. Warna hitam yang mereka kenakan bukan tanda duka, melainkan simbol kekuatan dalam kesederhanaan. Di balik kehidupan yang tampak sederhana, mereka menyimpan kebijaksanaan yang luar biasa.
Mungkin, sudah saatnya kita belajar dari mereka — bukan untuk menolak kemajuan, tapi agar tidak kehilangan arah di tengah derasnya perubahan.
Artikel oleh: [Miror Crayy]