"Mengenal Upacara Adat Suku Jawa: Sekaten hingga Mitoni"

 

seorang kakek yang bercerita kepada kedua cucunya © cara cerdas 2025

Suku Jawa merupakan salah satu suku terbesar di Indonesia yang kaya akan tradisi dan budaya. Salah satu wujud kekayaan budaya tersebut adalah beragam upacara adat yang memiliki makna filosofis dan spiritual tinggi. Dalam artikel ini, kita akan mengenal lebih dalam beberapa upacara adat khas Jawa yang masih lestari hingga kini: mulai dari Sekaten, Tingkeban atau Mitoni, hingga beberapa ritual penting lainnya.

1. Sekaten: Perayaan Maulid Bernuansa Budaya

Sekaten adalah upacara adat yang diselenggarakan oleh Keraton Yogyakarta dan Surakarta dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini sudah berlangsung sejak abad ke-15 pada masa Kesultanan Demak dan menjadi ajang syiar Islam di Tanah Jawa.

Upacara ini biasanya berlangsung selama seminggu dan ditandai dengan:

  • Tabuhan gamelan pusaka (Gamelan Sekaten) di alun-alun keraton

  • Pasar malam rakyat (pasar Sekaten)

  • Puncaknya adalah Grebeg Maulud, yaitu kirab gunungan hasil bumi yang akan diperebutkan warga

Sekaten merepresentasikan perpaduan antara dakwah Islam dan budaya Jawa yang harmonis.

2. Mitoni (Tingkeban): Ritual 7 Bulan Kehamilan

Mitoni atau Tingkeban adalah upacara yang dilakukan saat kehamilan memasuki usia 7 bulan. Ritual ini bertujuan untuk memohon keselamatan bagi ibu dan bayi yang dikandung, serta memperkuat ikatan sosial dan kekeluargaan.

Beberapa rangkaian Mitoni meliputi:

  • Siraman: prosesi memandikan ibu hamil dengan air bunga tujuh rupa

  • Tumpeng: penyajian tumpeng tujuh jenis sebagai simbol harapan dan doa

  • Pelemparan buah (rucakan) dan pembacaan doa-doa keselamatan

Makna di balik Mitoni sangat kental dengan filosofi kebersihan lahir-batin dan permohonan berkah kepada Sang Pencipta.

3. Tedhak Siten: Langkah Awal Menapaki Dunia

Tedhak Siten adalah upacara untuk bayi yang mulai belajar berjalan dan menginjak tanah untuk pertama kalinya, biasanya saat usia 7 atau 8 bulan. Upacara ini mengajarkan makna kesiapan anak untuk menghadapi kehidupan.

Ritual khas Tedhak Siten antara lain:

  • Anak berjalan di atas berbagai warna jajanan pasar (simbol keberagaman kehidupan)

  • Anak dimasukkan ke dalam kurungan ayam bersama benda-benda pilihan (simbol minat masa depan)

  • Orang tua membimbing anak menapaki tangga dari tebu wulung (lambang harapan hidup manis)


Baca Juga :





4. Ruwatan: Upacara Penolak Bala

Ruwatan adalah ritual adat yang dilakukan untuk membersihkan diri atau keluarga dari kesialan, terutama bagi mereka yang dianggap membawa "sengkala" atau nasib buruk. Biasanya dilakukan dengan pagelaran wayang kulit dan prosesi doa-doa tertentu oleh seorang dalang ruwat.

Ruwatan mencerminkan kepercayaan masyarakat Jawa terhadap keseimbangan kosmis dan perlunya penyucian jiwa untuk menghindari marabahaya.


Upacara adat suku Jawa bukan sekadar seremonial, tetapi sarat makna dan nilai-nilai spiritual serta sosial. Tradisi seperti Sekaten, Mitoni, Tedhak Siten, hingga Ruwatan menunjukkan betapa kaya dan arifnya budaya Jawa dalam merespons siklus kehidupan manusia. Menjaga dan melestarikannya adalah bentuk penghormatan terhadap kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Artikel oleh: [Miror Crayy]

Lebih baru Lebih lama

Translate