"Suku Osing: Suku ‘Bali Jawa’ yang Ada di Banyuwangi"

 

keluarga sederhana yang bahagia © cara cerdas 2025

Indonesia dikenal sebagai negeri yang kaya akan suku dan budaya. Salah satu suku yang unik namun belum banyak dikenal adalah Suku Osing, atau biasa disebut juga sebagai suku Using. Suku ini mendiami wilayah timur Pulau Jawa, tepatnya di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Menariknya, Suku Osing sering dijuluki sebagai "orang Bali yang terjawa" atau "Bali-nya Pulau Jawa", karena akar budaya dan sejarah mereka yang erat kaitannya dengan Kerajaan Hindu Bali.

Sejarah dan Asal Usul Suku Osing

Suku Osing diyakini sebagai keturunan masyarakat Kerajaan Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di Jawa yang runtuh pada abad ke-18 akibat ekspansi Kesultanan Mataram dan Belanda. Saat banyak masyarakat Blambangan memilih mengungsi ke Bali untuk mempertahankan kepercayaannya, sebagian tetap bertahan di wilayah Banyuwangi dan inilah yang menjadi cikal bakal Suku Osing.

Karena pengaruh kuat dari budaya Bali, Suku Osing mempertahankan banyak tradisi Hindu hingga kini, meskipun sebagian masyarakatnya telah memeluk agama Islam dan Kristen.

Bahasa dan Budaya

Bahasa Osing merupakan varian dari bahasa Jawa kuno dengan pengaruh Bali. Secara fonetik, bahasa ini memiliki kemiripan dengan bahasa Bali, namun strukturnya menyerupai bahasa Jawa halus. Bahasa Osing digunakan dalam kehidupan sehari-hari, serta dalam seni pertunjukan dan upacara adat.

Dalam hal budaya, Suku Osing memiliki tradisi unik seperti:

  • Kebo-Keboan: Ritual tolak bala yang diadakan setiap bulan Suro, menampilkan pria berdandan seperti kerbau dan menari-nari kerasukan roh leluhur.

  • Gandrung: Tarian tradisional untuk menyambut tamu atau sebagai bagian dari perayaan panen.

  • Seblang: Tarian sakral yang hanya dilakukan oleh perempuan terpilih dan dianggap memiliki kekuatan spiritual.

Agama dan Kepercayaan

Mayoritas masyarakat Osing kini memeluk agama Islam, namun tradisi Hindu masih terlihat dalam praktik kehidupan sehari-hari. Misalnya, upacara bersih desa atau ritual bersifat spiritual lainnya tetap dilaksanakan dengan kearifan lokal yang sarat nilai Hindu-Jawa.

Selain itu, mereka juga masih memegang kepercayaan animisme dan dinamisme dalam bentuk keyakinan terhadap roh leluhur dan kekuatan alam.


Baca Juga :

Kearifan Lokal dalam Budaya Suku Ngada Flores: Filosofi Hidup yang Membumi

Kearifan Lokal dan Modernisasi

Meski berada di tengah arus modernisasi, masyarakat Osing mampu menjaga nilai-nilai tradisional tanpa menutup diri dari perkembangan zaman. Banyak generasi muda Osing yang kini bangga menghidupkan kembali bahasa, musik, dan tarian khas mereka melalui pendidikan formal maupun komunitas budaya.

Pemerintah daerah Banyuwangi juga mendukung pelestarian budaya Osing melalui festival budaya, pariwisata, dan pendidikan berbasis lokal. Festival Gandrung Sewu dan pelestarian desa adat seperti Kemiren menjadi contoh nyata bagaimana budaya Osing terus dijaga eksistensinya.


Suku Osing adalah bukti nyata kekayaan budaya Indonesia yang luar biasa. Mereka adalah jembatan hidup antara budaya Bali dan Jawa, menyuguhkan warna tersendiri dalam mozaik kebhinekaan Nusantara. Mengenal Suku Osing bukan hanya menambah wawasan, tetapi juga membantu kita lebih menghargai keragaman yang menjadi kekuatan utama bangsa ini.

Baca Berikutnya : Suku Kajang di Sulawesi: Hitam sebagai Simbol Kesederhanaan dan Kehormatan

Lebih baru Lebih lama

Translate