![]() |
upacara adat mappalili dari suku bugis © cara cerdas 2025 |
Apa Itu Mappalili?
Mappalili adalah tradisi adat yang dilaksanakan oleh masyarakat Bugis, khususnya di wilayah Sulawesi Selatan, sebagai bentuk penyucian lahan pertanian sebelum dimulainya musim tanam. Kata "mappalili" berasal dari bahasa Bugis yang berarti "membersihkan diri" atau "mengawali dengan doa". Tradisi ini tidak hanya bermakna spiritual, tetapi juga merupakan manifestasi hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.
Makna Sakral di Balik Tradisi Mappalili
Tradisi Mappalili memiliki nilai religius dan filosofis yang mendalam. Prosesi ini dipimpin oleh seorang Bissu, yaitu pendeta adat yang dianggap sebagai penjaga warisan budaya spiritual Bugis. Melalui mantra dan ritual, para petani memohon berkah kepada Dewata untuk diberikan hasil panen yang melimpah, dijauhkan dari hama, bencana, dan kegagalan tanam.
Selain itu, Mappalili juga mencerminkan prinsip hidup masyarakat agraris Bugis: gotong royong, ketekunan, dan rasa syukur. Ini menjadi pengingat bahwa pertanian bukan sekadar aktivitas ekonomi, tetapi bagian dari siklus kehidupan yang suci.
Rangkaian Prosesi Mappalili
Berikut adalah beberapa tahapan dalam pelaksanaan Mappalili:
1.Pengambilan Air Suci (Wé Mappalili)
Air diambil dari sumber alami seperti sungai atau mata air yang dianggap keramat. Air ini akan digunakan untuk menyucikan alat pertanian dan lahan.
2.Ritual Penyucian
Bissu memimpin doa-doa dan mantra sambil memercikkan air suci ke arah ladang dan sawah, simbol pembersihan dari hal-hal buruk.
3.Arak-arakan Alat Pertanian
Alat pertanian tradisional seperti bajak dan cangkul diarak keliling kampung sebagai bentuk penghormatan terhadap alat produksi dan simbol kesiapan menghadapi musim tanam.
4.Tarian dan Musik Tradisional
Prosesi diiringi oleh tarian dan musik tradisional seperti Gendrang dan Sinrili, menciptakan suasana sakral sekaligus meriah.
Pelestarian Budaya di Tengah Modernisasi
Di era modern seperti sekarang, tradisi Mappalili menghadapi tantangan besar, seperti alih fungsi lahan, masuknya teknologi pertanian modern, hingga berkurangnya peran Bissu. Meski begitu, banyak komunitas di Sulawesi Selatan yang masih menjaga dan melestarikan tradisi ini sebagai identitas budaya yang tak tergantikan.
Pemerintah daerah, lembaga kebudayaan, dan generasi muda juga mulai aktif mengangkat kembali nilai-nilai Mappalili melalui festival, dokumentasi budaya, hingga promosi wisata budaya.
"Mappalili bukan sekadar tradisi musiman, tetapi representasi kuat dari kearifan lokal masyarakat Bugis dalam merawat alam dan spiritualitas. Dengan memahami dan melestarikan Mappalili, kita tidak hanya menjaga budaya, tetapi juga merawat harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan."
Baca Berikutnya : Peran Filosofi Adat dalam Budaya Suku Melayu di Indonesia